Apakah Anda ingin diberi notifikasi jika kami memiliki analisis baru, berita, atau rumor tentang saham ini? Klik di sini:
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA.JK) Analisis Saham
Diperbarui: tuesday 2 december 2025
Tip: mulai ketik nama perusahaan untuk melihat saran. Tekan Enter atau klik Buka untuk membuka halaman analisisnya.
Grafik Saham

Grafik Indeks

Grafik Relatif

Ringkasan
Sentimen Stockbit
Skor: 50
Sentimen Investing.com
Skor: 50
Kinerja Tahun Lalu
Status: Outperformed
Outlook
1 Minggu
Target: 1400
Vs Indeks: Outperform
1 Bulan
Target: 1350
Vs Indeks: In-line
1 Tahun
Target: 1200
Vs Indeks: Underperform
Berita Terbaru
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) milik Happy Hapsoro telah secara resmi mengakuisisi PT Bukit Permai Properti (BKPP), anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), senilai Rp 536,3 miliar. Akuisisi ini melibatkan pembelian saham dari dua anak usaha SMRA, PT Bali Indah Development (BLID) dan PT Summarecon Bali Indah (SMBI). Transaksi ini menandai ekspansi BUVA di sektor properti dan perhotelan, yang berpotensi berdampak positif pada posisi pasar dan portofolio asetnya, meskipun dampaknya terhadap keuangan jangka pendek masih perlu dipantau.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) memberikan update mengenai proses akuisisi PT Bukit Permai Properti (BPP), anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Berita ini merupakan kelanjutan dari pengumuman akuisisi yang telah disepakati sebelumnya, menunjukkan bahwa proses integrasi bisnis sedang berjalan. Ini dapat memberikan kejelasan lebih lanjut kepada investor tentang strategi pertumbuhan perusahaan.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk mengumumkan penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) senilai Rp 603,98 miliar pada November 2025. Perusahaan akan menerbitkan 4,02 miliar saham baru dengan harga Rp 150 per saham. Dana tersebut akan digunakan untuk penyelesaian akuisisi PT Bukit Permai Properti, pengembangan lahan di Pecatu, Bali, dan suntikan modal ke PT Bukit Bali Properti. Bersamaan dengan ini, laba bersih semester I-2025 naik 974,56% menjadi Rp 81,39 miliar.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (IDX:BUVA) menyetujui akuisisi 55% saham di PT Bukit Permai Properti pada 9 Agustus 2025. Transaksi ini akan dibiayai melalui investasi ekuitas sebesar Rp 240 miliar. Akuisisi ini diharapkan dapat memperkuat posisi BUVA di sektor perhotelan dan real estate, khususnya di Bali, dan berkontribusi pada pertumbuhan pendapatan di masa depan.
Rumor
Di platform Stockbit, terdapat rumor dan spekulasi mengenai kapan saham BUVA akan dicabut suspensinya oleh bursa. Beberapa pengguna bertanya-tanya apakah harga akan 'Auto Reject Atas' (ARA) atau 'Auto Reject Bawah' (ARB) setelah suspensi dicabut. Selain itu, ada komentar negatif terkait 'rights issue paling busuk sepanjang 2025', menunjukkan kekhawatiran atau ketidakpuasan investor terhadap penawaran HMETD perusahaan. Ada juga referensi mengenai dugaan keterlibatan anggota DPRD dalam pencucian uang yang terkait dengan BUVA, meskipun dengan disclaimer bahwa analisis tersebut berasal dari AI.
Ikhtisar
Sekilas
Buffett Indicator
3.0/10Warren Buffett cenderung berinvestasi pada perusahaan dengan model bisnis yang mudah dimengerti, memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (moat), manajemen yang kompeten, dan harga yang wajar (undervalued atau fair value). PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) bergerak di sektor hotel dan real estat, yang bisa menjadi bisnis yang mudah dipahami, terutama dengan fokus pada resor ramah lingkungan yang mendapatkan pengakuan internasional. Namun, beberapa faktor akan membuat Buffett ragu: Pertama, profitabilitas perusahaan yang kurang baik, seperti Return on Equity (ROE) yang rendah (0,63%) dan penurunan laba bersih pada tahun 2024. Kedua, valuasi saham saat ini yang sangat tinggi dibandingkan dengan nilai intrinsik yang dihitung berdasarkan formula Peter Lynch (Rp 24.96), menunjukkan bahwa saham ini sangat overvalued di harga saat ini (Rp 1375). Buffett akan mencari diskon yang signifikan terhadap nilai intrinsik. Ketiga, meskipun ada sentimen positif terhadap sektor pariwisata Indonesia, industri ini bisa sangat siklis dan rentan terhadap faktor eksternal. Keempat, kurangnya cakupan analis dan target harga yang jelas dari analis menunjukkan kurangnya perhatian institusional atau keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, kemungkinan Buffett akan membeli saham ini sangat rendah karena tidak memenuhi kriteria valuasi dan profitabilitasnya.
Prospek Jangka Pendek
Prospek 1 Tahun
Dalam satu tahun ke depan, meskipun sektor pariwisata Indonesia memiliki prospek cerah untuk 2025/2026 dan BUVA aktif dalam ekspansi, saham ini diperkirakan akan sedikit underperform dibandingkan indeks. Hal ini disebabkan oleh valuasi yang tampak sangat tinggi saat ini dibandingkan dengan nilai wajar Peter Lynch (Rp 24.96), menunjukkan saham ini kemungkinan overvalued secara fundamental. Selain itu, profitabilitas perusahaan (ROE 0,63% dan marjin keuntungan 2,87%) masih menjadi tantangan yang perlu perbaikan signifikan untuk menjustifikasi harga saham saat ini secara fundamental. Konsensus analis yang 'Hold' tanpa target harga yang jelas juga menambah ketidakpastian. Potensi realisasi dari akuisisi dan pengembangan di sektor pariwisata memang ada, namun butuh waktu untuk tercermin dalam kinerja keuangan yang kuat.
Gabung Newsletter kami — update rutin, ringkas, langsung ke email.
Login cepat dengan Google, bisa berhenti kapan saja.
Ada pertanyaan tentang data ini, apakah cocok untuk portofolio Anda atau apa risiko/peluang yang ada? Tanyakan kepada robot kami.
Informasi di situs web ini hanya untuk tujuan informasi. Ini bukan nasihat keuangan. Kami sangat menyarankan Anda membaca penafian lengkap kami sebelum menggunakan informasi apa pun di situs ini. Penggunaan Anda atas situs ini menandakan persetujuan Anda terhadap ketentuan tersebut.